Sekilas Info

Masiun: Empat Relasi Kearifan Lokal GCUKK

Kearifan Lokal, Dari Acara Ritual ‘Ngumai Semengat’ Keling & Kumang

Suasana Saat Berlangsungnya Ritual.

SEKADAU – SenentangNews.com – Acara ritual Ngumai Semengat Keling dan Kumang adalah tradisi tahunan di Gerakan CU Keling Kumang (GCUKK) yang wajib dilaksanakan. Ritual tersebut adalah cara menjaga relasi dengan leluhur Bansa Iban, terkhusus bagi para keturunannya di GCUKK.

Ada yang baru dari kegiatan ritual Ngumai Semengat Keling & Kumang di tahun 2024 ini. yaitu ditampilkannya Siswandi dan Deniza Alphanie, pemenang kontes Bujang Keling dan Dara Kumang pada even Pesta Mutiara 30 Tahun CU Keling Kumang Tahun 2023 lalu.

Bujang Kumang Siswandi dan Dara Kumang Deniza Alphanie. 2023.

Belum terkonfirmasi, tentang ketidakhadiran Tuai Rumah Betang Sungai Utik Bandi Anak Ragai dalam ritual penting yang merupakan agenda tahunan di GCUKK ini.

Terkait Bujang Keling dan Dara Kumang, menurut Chief Executive Officer GCUKK Valentinus Narung, baru kali ini di acara ritual menghadirkan Bujang Keling dan Dara Kumang. Valentinus berharap, pada kontes berikutnya akan lebih banyak peserta kontes dari luar kalangan aktivis GCUKK seperti halnya Deniza ini yang bukan berasal dari aktiviis GCUKK.

Penasihat sekaligus pendiri CU Keling Kumang Munaldus, dalam kesempatan tersebut memberikan beban cukup berat kepada Deniza dan Siswandi, bahwa sebagai representasi dari Keling dan Kumang harus mampu menjaga nama baik CU Keling Kumang.

Munaldus juga menyampaikan rencana untuk tata-cara prosesi penyerahan mahkota Kumang kepada representasi Kumang yang terpilih pada kontes berikutnya. Namun Keling dan Kumang yang sekarang masih diwajibkan mengikuti acara ritual ini selama tiga tahun berturut-turut.

Selain menyampaikan sejumlah pesan apa yang harus dilakukan untuk ritual tahun berikutnya, Dosen Matematika di Universitas Tanjungpura ini berkeinginan untuk acara ritual tahun berikutnya harus sudah digelar di Rumah Betang di Taman Kelempiau..

Menurut Munaldus, yang selama ini kurang menjadi perhatian GCUKK adalah dimulainya melakukan regenerasi kepada para pemangku ritual yang rata-rata sudah sepuh.

Ketua Dewan Pengurus GCUKK Stefanus Masiun menginformasikan kepada SenentangNews.com, bahwa CU Keling Kumang dapat bertahan selama lebih dari 30 tahun serta terus tumbuh dan berkembang, salah satunya karena tetap konsisten menjalankan kearifan lokal.

Kearifan lokal adalah keyakinan filosofi hidup, praktek-praktek hidup yang diwarisi oleh masyarakat, dalam hal ini masyarakat Dayak, yang ternyata mampu berhadapan dengan tantangan zaman dan terbukti mampu mengadopsi perubahan dan mengkolaborasi budaya luar. Contohnya, Credit Union berasal dari negeri Jerman.

“Dari nama lembaga hingga sejumlah produk di CU Keling Kumang pun banyak yang menggunakan nama-nama lokal,” ucap Rektor Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau ini.

Ditambahkan Masiun, ada empat relasi kearifan lokal masyarakat Dayak. Pertama, relasi dengan sesama. Kedua, relasi dengan leluhur. Ketiga, relasi dengan alam semesta, dan keempat relasi dengan Sang Pencipta.

Jika acara Natal Bersama kemarin adalah menjaga relasi dengan Sang Pencipta, untuk acara Ngumai Semengat ini adalah menjaga relasi kita dengan leluhur. Terkait menjaga relasi dengan alam semesta, GCUKK memiliki dan melestarikan Keling Kumang Forest seluas 55 Hektar.

“GCUKK yang berbasis kearifan lokal, juga berbasis triple bottom line, yakni basis finansial, basis sosial dan basis lingkungan,” pungkas Masiun.

Seorang Direktur Pascasarjaba dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Dr. Wilson yang hadir bersama Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum IAKN Susila, D.Th, turut memberikan sekapur sirih terkait pendidikan untuk Bansa Iban. Dr. Wilson adalah pembicara dalam kegiatan Iban Summit I (Sintang, 2018) dan pada Iban Summit II (tapang Sambas, 2023) yang dihelat GCUKK.

Kegiatan-kegiatan di lembaga yang memiliki anggota sebanyak 200 ribu orang lebih ini selalu saja menarik untuk disimak

Penulis: Kris Lucas
Photographer: Kris Lucas
error: Content is protected !!