Sekilas Info

Tidak Semua Petani Nikmati Tren Booming Harga Sawit, Contohnya Petani di Desa Peninsung Kecamatan Sepauk

Kades Peninsung, Rasiyo.

SINTANG | SenentangNews.com – Tidak semua petani plasma turut menikmati tren-booming nya harga kelapa sawit saat ini yang berkisar antara Rp. 2.800,- - Rp, 3.200,- per Kg. Contoh didepan mata, petani sawit di desa Peninsung kecamatan Sepauk kabupaten Sintang Kalimantan Barat justeru harus menanggung biaya tinggi. Dan penyebabnya hanya satu, yaitu karena bertahun-tahun jalan rusak berat.

Dilaporkan Kepala Desa (Kades) Peninsung, Rasiyo (39), Kamis (9/12/2021), untuk menjual hasil panen sawit mula-mula harus menggunakan ojek roda dua dari kebun dibawa ke desa Tinum Baru atau ke desa Paribang Baru dengan biaya Rp. 800,-/Kg.

Dari dua tempat tersebut, kemudian buah sawit harus dilangsir lagi ke lokasi eks Camp PT. Rokan di desa Pauh Benua menggunakan kendaraan roda empat dengan biaya Rp. 750,-/Kg. Biaya angkut tersebut tidak dapat digoyang lagi. Semacam sudah menjadi kesepakatan para pengojek dan sopir pelangsir; sepakat tidak boleh ada yang menentukan harga sendiri.

“Jika beban biaya angkut tersebut ditambah lagi dengan biaya panen yang Rp. 300,- per Kg, maka jumlah beban kemahalan yang harus dipikul petani sebesar Rp. 1.850,- Sawit dibeli di lokasi Ram Rp. 2.880,- per Kg. Biaya angkutannya memang mahal karena medannya luar biasa berat,” ungkap Rasio.

Kades yang saat ini tengah memimpin di periode ketiga ini menambahkan, bahwa petani sawit di desa Peninsung, termasuk desa Semuntai dan delapan desa lainnya berada di areal perusahaan PT. Citra Kalbar Sarana (CKS). Khusus Peninsung dan Semuntai adalah kelompok tahun tanam 2005/2006.

Nasib petani desa Peninsung dan dan Semuntai sudah sejak dulu seperti ini. Pada saat awal-awal panen, banyak sawit yang tidak dipanen. Dan jika sudah ada sawit dipanen, tidak kunjung diangkut oleh perusahaan sehingga membusuk ditepi jalan. Namun ada juga desa yang yang posisinya sedikit beruntung, karena punya akses lebih dekat dengan jalan raya, contohnya seperti desa Buluh Kuning.

Bulan Agustus 2016 lalu, karena akumulasi kekecewaan para petani, PT CKS pernah didemo oleh petani dari 10 desa, hampir semua akses menuju areal PT CKS diportal petani. Beberapa hari kemudian Pemerintah Desa dan para petani dari 10 desa tersebut diundang oleh Askiman, Wakil Bupati Sintang saat itu. Berkumpul di Balai Pegodai untuk menggelar pertemuan dengan pihak perusahaan.

“Namun hasil kesepakatan dalam pertemuan tersebut pun sudah lima tahun tidak pernah ada tindak lanjutnya,” kata Rasiyo mengakhiri pembicaraan.

Penulis: Kris Lucas
Photographer: Kris Lucas
error: Content is protected !!