OPD Setempat Tidak Pernah Lapor?
Pupuk “Jambatan” Produk Malaysia Dilarang Masuk Entikong, Petani Lada Perbatasan Nyaris Punah

SANGGAU | SenentangNews.com- Meskipun lebih muda dalam hal kemerdekaan dibandingkan dengan Indonesia, Malaysia layak diacungi jempol karena upayanya dalam menyediakan sarana produksi pertanian (Saprotan) yang berkualitas untuk warganya.
Dalam hal teknologi pertanian dan dukungan dari negara, petani di Malaysia sepertinya diberikan perhatian yang cukup.
Salah satu contoh adalah pupuk bermerek dagang ‘Jambatan’ yang diproduksi dalam skala besar (Bekerjasama dengan Jerman). Pupuk yang sangat cocok untuk tanaman lada ini, tersedia secara luas di seluruh negara bagian, terutama di Sarawak yang memiliki banyak lahan pertanian, termasuk perkebunan lada.
Keterangan tersebut, dikatakan seorang petani lada di kabupaten Sanggau, Masri Sareb (62) Minggu (17/9/2023) sore. Masri yang juga seorang penulis 160 buku ber-ISBN ini bukan hanya berkebun lada, dirinya juga berkebun sawit, kopi dan durian Musang King.
Menurut pria asal desa Jangkang Menua kecamatan Jangkang kabupaten Sanggu ini, pada era 90-an di sepanjang perbatasan Kalimantan Barat (Kalbar) dan Sarawak Malaysia, mulai dari Entikong kabupaten Sanggau hingga kecamatan Ketungau Hulu dan kecamatan Ketungau Tengah di kabupaten Sintang, sebagian besar warganya adalah petani lada.
Di wilayah sepanjang perbatasan hampir di setiap halaman rumah terlihat ada jemuran lada hitam. Bahkan saat itu di kabupaten Sintang lada menjadi salah satu komoditas unggulan.
Sejak pupuk produksi dalam negeri sulit didapat, petani lada pun rontok satu demi satu. Puncaknya adalah saat petugas perbatasan di Entikong menghentikan impor pupuk Jambatan ke wilayah Indonesia. Sekarang petani lada nyaris punah dan tinggal beberapa orang yang bertahan termasuk dirinya.
Kondisi seperti ini sebetulnya diketahui oleh pemerintah, karena di setiap kabupaten di wilayah perbasan pun ada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Pertanian dan Perkebunan. Namun sepertinya tidak pernah memberikan solusi, atau mungkin tidak pernah melaporkan kondisi ini ke tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.
Ketika ditanya apakah dirinya punya konsep untuk diusulkan kepada pemerintah, menurut pria yang kerap pergi-pulang Sanggau-Kuching ini ada beberapa opsi yang seharusnya dapat dilakukan pemerintah, antara lain:
Kerja Sama Pertanian Regional: Indonesia dapat menjajaki kerja sama lebih mendalam dengan negara tetangga seperti Malaysia dalam bidang pertanian. Ini dapat mencakup pertukaran teknologi, penelitian bersama, dan upaya bersama untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Promosi Pertanian Lokal: Pemerintah Indonesia dapat mendorong pengembangan dan promosi pupuk lokal yang setara atau bahkan lebih baik daripada pupuk lada dari Malaysia. Ini dapat mendorong petani lokal untuk beralih ke pupuk dalam negeri dan barangnya harus mudah didapat.
Negosiasi Diplomasi: Indonesia dapat menjalani negosiasi lebih lanjut dengan Malaysia dan Jerman untuk mencari solusi yang adil dan menguntungkan kedua belah pihak, sehingga pupuk ini dapat diimpor dengan aturan yang sesuai.
Pengembangan Teknologi Pertanian: Indonesia harus terus menginvestasikan dalam penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dalam negeri untuk menghasilkan pupuk dan metode pertanian yang inovatif.
“Untuk mengatasi masalah yang amat penting ini, pasti memerlukan upaya bersama dari pemerintah, petani, dan para pemangku kepentingan lainnya,” pungkas Masri.
Komentar