Sekilas Info

Nekodimus: Investasi Bidang Perkebunan Belum Mampu Bendung Pekerja Migran Ke Sarawak

Nekodimus, Anggota DPRD Sintang Dari Partai Hanura.

SINTANG | SenentangNews.com – Hadirnya banyak investor di Kalimantan Barat (Kalbar), khususnya perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, setidaknya harus berdampak mengurangi pekerja migran dari kampung ke kota-kota besar. Bahkan diharapkan mampu mengurangi mengalirnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) tak terlatih ke luar negeri.

“Tidak ada yang salah dengan PMI di luar negeri, karena mereka adalah pejuang devisa bagi negara. Namun jika ada penghasilan yang cukup di kampungnya, tentu akan lebih baik bekerja di kampung sendiri,” kata Nekodimus anggota DPRD Kabupaten Sintang, Selasa (14/6/2022) di Sintang.

Politisi Partai Hanura ini menambahkan, dalam rapat-rapat dengan pihak perusahaan perkebunan di DPRD Sintang, anehnya banyak perusahaan mengeluhkan sulitnya mencari tenaga kerja setempat. Sementara para pekerja migran tak terampil yang bekerja di Sarawak rata-rata juga bekerja di sektor perkebunan sawit.

Nekodimus menduga, ini bisa jadi akibat dari adanya disparitas Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang rendah dibandingkan besarnya upah di Sarawak sana. Disparitas upah juga bisa menjadi daya tarik bagi para pekerja migran tak terlatih. Terlebih sejak border gate Kalbar-Sarawak telah dibuka kembali.

“Tidak usah membandingkan dengan Sarawak, saat ini khususnya di wilayah Ketungau dan Sepauk, banyak pekerja yang lebih memilih bekerja di kebun-kebun mandiri milik warga. Karena selain upahnya lebih besar dibanding upah di perusahaan, juga kapan-kapan saja dapat mengambil upahnya,” ucap wakil dari daerah pemilihan Tempunak-Sepauk ini.

Ditambahkannya, bahwa sebetulnya sudah lumayan banyak tenaga kerja yang terserap di sektor perkebunan. Bukan hanya para pekerja pemanen, dibidang angkutan pun cukup banyak seperti angkutan tandan buah segar (TBS) dan angkutan crude palm oil (CPO).

Sayangnya, untuk pekerja di level tertentu para investor masih terlalu banyak mepekerjakan tenaga kerja yang berasal dari luar Kalbar. Padahal di Kalbar bahkan di Sintang ini sudah banyak tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Pertanian dan Sarjana Pertanian alumni perguruan tinggi setempat.

“Tentu tidak salah mepekerjakan tenaga kerja dari luar Kalbar, karena masih berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun akan lebih baik jika investor lebih memprioritaskan tenaga kerja setempat,” pungkas Nekodimus.

Penulis: Kris Lucas
Photographer: Kris Lucas
error: Content is protected !!