Sekilas Info

Kebun Lada Sebagai Benteng Terakhir Warga Perbatasan

Kepala Desa Sungai Kelik, Yusuf

KETUNGAU HULU I SenentangNews.com- Saat gencar-gencarnya warga Sepauk, Tempunak dan Dedai menanam karet unggul, warga perbatasan di kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah sudah menanam lada. Meski di warga perbatasan juga banyak yang memiliki kebun karet, meski dari karet bibit lokal.

Menurut Kepala Desa Sungai Kelik kecamatan Ketungau Hulu, Yusuf (40), masa keemasan harga lada hitam terjadi pada tahun 1990 an dan pada tahun 2014-2015. Saat itu harganya mencapai Rp. 90 Ribu per Kg. Setelah jaman keemasan berlalu, harga melorot menjadi Rp. 30 Ribu, atau jika dikonversikan ke uang Ringgit Malaysia saat itu sekitar RM. 10.

“Harga Rp. 30 Ribuan ini bertahan cukup lama, hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu harganya anjlok lagi menjadi hanya Rp. 17 Ribu saja per Kg. Sementara untuk berladang padi, warga was-was dituding sebagai pelaku kebakaran hutan dal lahan atau Karhutla,” kata Yusuf kepada SenentangNews, Minggu (2/9/2018).

Masih kata Yusuf, sebetulnya banyak juga warga perbatasan yang memiliki kebun karet, meski bukan karet unggul. Meskipun harganya hanya sekitar Rp. 5 hingga Rp. 6 Ribu, cukup membantu. Namun benteng terakhir warga perbatasan bukan Bukit kelingkang, namun berusaha kebun lada.

“Masuknya perkebunan sawit kesejumlah desa, untuk sementara ini cukup membantu menambah penghasilan warga. Untuk warga yang bekerja harian di kebun sawit, mendapat upah sekitar Rp. 88 Ribu perhari,” kata Yusuf, hari Minggu (2/9/2018).

Terpisah, diperoleh informasi dari Sekretaris Kantor Camat Ketungau Hulu, Oktavius. Bahwa nilai tukar Ringgit Malaysia ke mata uang Rupiah yang berlaku di perbatasan saat ini, adalah sekitar Rp. 3.500,-

“Nilai tukar Ringgit Malaysia saat ini sekitar Rp. 3.500,” kata Oktavius yang juga warga asli Ketungau Hulu ini. (lcs)

error: Content is protected !!